Hay teman-teman semua sory nie baru nulis lagi baru ada
waktu soale…ok kali ini saya akan bahas seputar kota solo yaitu tentang keratin
solo
Karaton Kasunanan juga disebut Keraton Surakarta
Hadiningrat, dibangun pada tahun 1745 oleh Raja Paku Buwono ke II. Ini
merupakan pokok kraton Surakarta, dan dibangun pada waktu bersamaan dengan kota
ini ditemukan. Kota itu dihiasi dengan patung batu pualam, rangka batu dan
relief kuno. Di dalam istana atau kraton, dapat ditemukan galeri seni yang
menawan dan museum dengan pusaka-pusaka kerajaan yang menawan, tempat kereta
dan kusir-kusirnya, senjata kuno dan keris, serta barang-barang antik. Di
halaman istana didominasi oleh sebuah menara bernama Panggung Sanggabuwono,
menara yang misterius tempat bertemu antara Raja dengan Kanjeng Ratu Kidul
yaitu Penguasa Laut Selatan. Tidak ada tempat yang lain di Indonesia dapat
ditemukan sebuah monumen yang bermartabat dan penuh kedamaian, untuk tradisi,
seni dan budaya kerajaan klasik Jawa.
Kemegahan Arsitektural
Keraton (Istana) Surakarta merupakan salah satu bangunan
yang eksotis di zamannya. Salah satu arsitek istana ini adalah Pangeran
Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga menjadi arsitek
utama Keraton Yogyakarta.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pola dasar tata
ruang kedua keraton tersebut (Yogyakarta dan Surakarta) banyak memiliki
persamaan umum. Keraton Surakarta sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang
ini tidaklah dibangun serentak pada 1744-45, namun dibangun secara bertahap
dengan mempertahankan pola dasar tata ruang yang tetap sama dengan awalnya.
Pembangunan dan restorasi secara besar-besaran terakhir
dilakukan oleh Susuhunan Pakubuwono X (Sunan PB X) yang bertahta 1893-1939.
Sebagian besar keraton ini bernuansa warna putih dan biru dengan arsitekrur
gaya campuran Jawa-Eropa. Secara umum pembagian keraton meliputi: Kompleks
Alun-alun Lor/Utara, Kompleks Sasana Sumewa, Kompleks Sitihinggil Lor/Utara,
Kompleks Kamandungan Lor/Utara, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton,
Kompleks Kamagangan, Kompleks Srimanganti Kidul/Selatan dan Kemandungan
Kidul/Selatan, serta Kompleks Sitihinggil Kidul dan Alun-alun Kidul.
Kompleks keraton ini juga dikelilingi dengan baluwarti,
sebuah dinding pertahanan dengan tinggi sekitar tiga sampai lima meter dan
tebal sekitar satu meter tanpa anjungan. Dinding ini melingkungi sebuah daerah
dengan bentuk persegi panjang. Daerah itu berukuran lebar sekitar lima ratus
meter dan panjang sekitar tujuh ratus meter. Kompleks keraton yang berada di
dalam dinding adalah dari Kemandungan Lor/Utara sampai Kemandungan
Kidul/Selatan. Kedua kompleks Sitihinggil dan Alun-alun tidak dilingkungi
tembok pertahanan ini.
SEJARAH KARATON SURAKARTA HADININGRAT
Karaton Surakarta adalah sebuah warisan budaya Jawa.
Wujudnya berupa fisik bangunan Karaton, benda artefak, seni budaya, dan adat
tata cara Karaton. Keberadaannya yang sekarang ini adalah hasil dari proses
perjalanan yang panjang, dan merupakan terminal akhir dari perjalanan budaya
Karaton Surakarta.
Usaha memahami keadaannya yang sekarang tidak bisa lepas
dari usaha mempelajari asal usul dan keberadaanya di masa lampau. Sebab
sepenggal cerita dan deskripsi sejarah suatu peristiwa kurang memberi makna
yang berarti, jikalau tidak dikaitkan dengan proses dan peristiwa yang lain.
Oleh karena itu peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam satu alur yang sama akan
memberikan pemahaman yang menyeluruh dan utuh dari situasi yang sama saat ini.
Dalam kajian sejarah Karaton Surakarta akan ditelusuri dan
dideskripsikan latar belakang dan proses menemukan lokasi Karaton,
pemindahannya, pembangunannya serta perkembangannya baik dari segi fisik
bangunan maupun segi nonfisik. Deskripsi historis berdasarkan sumber informan,
dokumen-dokumen karya sastra dan sebagainya diharapkan memberikan pengetahuan
yang lebih mendalam tentang Karaton Surakarta. Dari pengetahuan ini
orang/masyarakat akan tumbuh kesadaran akan warisan budaya tersebut dan
memiliki persepsi tertentu terhadap obyek tersebut.
Persepsi awal yang dapat dibentuk dari hasil kajian sejarah
Karaton Surakarta ini pada gilirannya bisa menimbulkan daya tarik, memotivasi
orang/warga masyarakat baik Nusantara maupun mancanegara untuk mengetahui lebih
lanjut dan mendalam tentang segi-segi dari warisan budaya Karaton Surakarta
tersebut.
Pengertian Karaton
Sebelumnya perlu dijelaskan mengenai pengertian Karaton.
Menurut KRHT Wirodiningrat (Kantor Sasono Wilopo), ada tujuh pengertian
(saptawedha) yang tercakup dalam istilah Karaton.
* Pertama, Karaton (Karaton) berarti kerajaan.
* Kedua, Karaton berarti kekuasaan raja yang mengandung dua
aspek: kenegaraan (Staatsrechtelijk) dan magischreligieus.
* Ketiga, Karaton berarti penjelmaan “Wahyu nurbuwat” dan
oleh karena itu menjadi pepunden dalam Kajawen.
* Keempat, Karaton berarti istana, kedaton “Dhatulaya”
(rumah).
* Kelima, bentuk bangunan Karaton yang unik dan khas
mengandung makna simbolik yang tinggi, yang menggambarkan perjalanan jiwa ke
arah kesempurnaan.
* Keenam, Karaton sebagai Cultuur historische instelling
(lembaga sejarah kebudayaan) menjadi sumber dan pemancar kebudayaan.
* Ketujuh, Karaton sebagai Badan (juridische instellingen),
artinya Karaton mempunyai barang-barang hak milik atau wilayah kekuasaan
(bezittingen) sebagai sebuah dinasti.
Sekian tentang keratin solo dari saya semoga bermanfaat
terimakasih
**ZZ wassalam ZZ**